Siapa sesungguhnya yang memulai proses berpikir ini di India? Apakah suku nomad Arya yang menetap di India memulai ini, atau ini sesungguhnya dimulai oleh orang-orang India dengan kulit gelap yang dikenal dengan nama Dravidia, yang telah hidup di India sebelumnya? Ini pertanyaan seharga jutaan dolar. Menurut banyak teolog Hindu, pengetahuan telah senantiasa ada di India sejak zaman dahulu kala. Menurut mereka, pemukim awal di India Utara mencampur pengetahuan mereka dengan peradaban dari orang-orang kulit-gelap di India Selatan, orang-orang Dravidia, dan dengan itu memulai agama Hindu.
Penemuan yang amat mengagumkan mengenai peradaban lembah Indus di Mohenjodaro dan Harappa bertanggal 6000-7000 tahun sebelum masehi. Penggalian Mohenjodaro dan Harappa menyatakan peradaban lembah Indus bukan saja non-Aryan tapi juga mendahului peradaban Arya (pre-Aryan) berdasarkan pada : (a) keberadaan kota-kota yang indah, (b) ketiadaan dari baja dalam kota-kota ini, dan (c) ketiadaan kuda. Dari artifak yang diangkat di Harappa, kita tahu dewasa ini bahwa orang-orang lembah Indus memuja Tuhan Siwa atau Tuhan Rudra, memuja dewi pertiwi, membanguan tempat-tempat permandian ritual, mempraktekan Yoga, dan mempunyai lubang api (tungku perapian). Kota-kota ini mempunyai jalan yang dipaving dan saluran-saluran air di bawah tanah.
Menurut beberapa teolog lain, orang-orang dari peradaban Maya adalah pelaut-pelaut ulung dan sekali waktu menaklukan satu bagian dari anak benua India, yang mengakibatkan percampuran peradaban Maya dengan Arya. Walmiki dalam epiknya yang indah Ramayana merujuk kepada invasi Danawa terhadap India. Beberapa orang percaya bahwa Danawa tersebut sesungguhnya adalah orang-orang Maya. Dalam epik yang lain, Mahabarata pahlawan Arjuna berperang melawan Danawa di Hiranyapura. Beberapa orang percaya orang-orang Maya menulis Sourya-siddhanta, satu risalah kuno mengenai astronomi di India.
Orang-orang Dravidia mungkin telah memulai “proses berpikir” mengenai agama Hindu, tapi kemudian dipengaruhi oleh peradaban orang-orang Arya, Maya, Mesir dan Yunani. Beberapa hal mengindikasikan hal itu :
“Hanya ada satu Tuhan, tapi Tuhan itu dinyatakan dalam bentuk yang berbeda-beda”, mungkin merupakan anak dari peradaban Mesir.
Teori mengenai hidup sesudah mati mungkin merupakan ide Mesir yang digarap lebih lanjut oleh orang Yunani dan akhirnya menjadi bagian tak terpisahkan dari peradaban Arya.
Rudra, Tuhan Pemusnah yang dipuja oleh orang-orang Arya, sesungguhnya adalah dewa Dravidia . Rudra belakangan dikenal dengan nama Siva dalam kitab-kitab suci Hindu yang kemudian.
Dewa-dewa seperti Waruna (air) Bayu (udara) memiliki kesejajaran dengan mitologi Yunani.
Dewasa ini, semua agama-agama besar dunia adalah campuran dari pikiran-pikiran dan ide-ide yang bertentangan satu sama lain. Sama halnya dengan agama Kristen adalah campuran yang kompleks dari Agama Yahudi, Platonism (phalsafah Plato), Gnoticism, dan agama asli Romawi. Sesungguhnya, menurut Encyclopedia Britanica, Teolog Kristen awal Augustine dari Hippo (354-439 AD), “mencampur agama dari Perjanjian Baru dengan tradisi Platonic dari philsafat Yunani.” Kebanyakan pengaruh agama-agama asli (pagan) terjadi setelah Kaisar Roma Constantine (306-327 AD) menjadi seorang penganut Kristen pada tahun 312 AD.
Menurut para teolog Kristen, Bible adalah kitab suci yang mendapat inspirasi dari Roh Kudus (Holy Spirit). II Peter 1:21 terbaca : “Sebab ramalan zaman dahulu tidak datang dari kehendak manusia; tapi dari orang suci dari Tuhan yang berbicara ketika mereka digerakkan oleh Roh Kudus (Holy Ghost). II Timothy 3:16 mengatakan bahwa “Semua kitab suci diberikan oleh Inspirasi Tuhan (All scripture is given by inspiration of God).
Demikian juga halnya, semua kitab-kitab Sruti dianggap sebagai wahyu kebenaran Tuhan. Kitab-kitab Weda, menurut satu aliran philsafat (Nyaiyayikas), disusun oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Menurut aliran philsafat Mimamsa, semua kitab-kitab Sruti telah ada secara abadi dalam bentuk suara. Karena itu suara dari kata-kata Weda-Weda dan Upanishad-Upanishad adalah sangat penting.
Dengan nama Sanathana Dharma, agama Hindu menyatakan dirinya kepada dunia bahwa kebenaran abadi akan ada untuk selamanya, dan para Rishi kebetulan yang pertama-tama membuka kerannya. Santo Agustinus pada bagiannya mengatakan, “Agama yang benar sudah (senantiasa) ada dan (agama yanag sudah ada itu, pen) menjadi Kristen setelah kemunculan Yesus Kristus.” Demikianlah kebenaran yang sama dapat ditemukan oleh siapa saja yang mencari kebenaran itu tanpa mengenal lelah, bahkan kalaupun dia sama sekali tidak memiliki ide mengenai agama Hindu.
Sama seperti para ilmuwan di seluruh dunia, sewaktu-waktu tanpa sengaja menemukan penemuan yang sama, kebenaran abadi dikenal oleh para Sufi, Buddha, Socrates, Nanak dan lain-lain sekalipun mereka tahu ataupun tidak tahu sepatah katapun mengenai kitab-kitab suci Hindu. Secara pribadi aku merasa Sanathana Dharma adalah nama yang paling tepat bagi Agama Hindu.
Lagi pula, termasuk Bagawad Gita, semua kitab-kitab suci Hindu disusun dengan bentuk penceritaan oleh pihak ketiga. Dalam Bagawad Gita, Batara Krishna (orang pertama), menasehati pangeran-pahlawan Arjuna (orang kedua), dan nasehat itu didengar dan dilihat secara telepathi oleh seorang suci (santo) yang bernama Sanjaya (orang ketiga) dan dikisahkan kepada Raja Dhartharashtra (orang keempat).
Epik yang lain, Ramayana, ditulis sebagai sebuah narasi tentang kisah Batara Rama oleh seekor burung kecil yang baru saja kehilangan kekasihnya karena anak panah seorang pemburu jahat. Kitab suci Yoga Vasishta yang berasal dari Ramayana adalah sebuah diskusi antara Batara Rama dan Rishi Vasishta. Narasi yang paling dramatik dapat kita temukan dalam Srimad Bagawatam, dimana Rishi Suka menjelaskan seluruh kisah dari sepuluh Awatara Wisnu kepada Raja Parikesit yang kena kutuk dalam tujuah hari. Pada hari ketujuh Raja Parikesit dibunuh oleh naga Thaksaka.
Secara tidak langsung Srimad Mahabhagawatam menyatakan kepada dunia bahwa semua dari kita seperti Raja Parikesit yang kena kutuk, hidup di dunia ini dengan waktu yang sangat terbatas, maka pencarian (pengejawantahan) Tuhan adalah tugas yang paling penting bagi kita semua.
Tak ada seorangpun dapat mengatakan dengan jelas mengapa upaya yang penuh pertimbangan untuk menyembunyikan penyusun kitab-kitab suci ini dilakukan oleh hampir semua para orang suci Hindu itu? Barangkali ini dimaksudkan untuk menghindari munculnya ego yang tidak perlu, atau ini mungkin suatu pernyataan kepada dunia bahwa semua kisah-kisah ini adalah kebenaran abadi dan sebagai demikian tidak perlu ditanyakan mengenai pengarangnya.
Agama Hindu tidak pernah melakukan “pembersihan rumah” (house cleaning) dalam lima ribu (5000) tahun sejarahnya. Itu sebabnya mengapa ia tampak sebagai sup besar. Pada satu sisi kamu melihat moralitas yang sangat ketat, pada sisi lain kamu lihat erotisme Tantrik. Pada satu sisi ada Tuhan Pribadi (Saguna Brahman), pada sisi lain agama Hindu bicara tentang satu Brahman yang tidak memiliki perasaan. Agama Kristen, pada bagiannya, melakukan pembersihan rumah secara tahunan (yearly house cleaning) sejak awal ia lahir. Sejak Sidang di Niccaea pada tahun 325 A.D, agama ini melempar keluar siapa saja yang tidak mengikuti ajaran-ajaran Gereja secara harfiah. Itulah sebabnya mengapa Saksi Jehova dan Mormon ada di luar (mainstream) agama Kristen.
Lagi pula, kontradiksi ada dalam setiap kitab-kitab suci agama-agama dunia. Perjanjian Lama bertentangan secara langsung dengan Perjanjian Baru dalam banyak aspeknya. Bila Perjanjian Baru bicara mengenai “memberikan pipi yang lain” ketika dipukul, Perjanjian Lama bicara mengenai ideologi “satu mata lawan satu mata.” Bila Perjanjian Lama bicara secara rinci mengenai segala macam aspek aktivitas seksual, termasuk incest (hubungan seks ayah dengan dua orang putrinya, kisah nabi Luth, pen), Perjanjian Baru memegang standar moralitas yang sangat tinggi. Tuhan dari Perjanjian Lama menuntut dan mengijinkan korban manusia. Tapi kamu akan melihat satu Tuhan yang penuh kasih dan pengertian dalam Perjanjian Baru. Disamping itu semua, Injil dari Santo Thomas (“Doubting Thomas”) agak berbeda dari Injil Mattew, Mark, Luke dan John. Memang, Injil dari Santo Thomas tidak dimasukkan dalam Perjanjian Baru, mungkin karena perbedaan-perbedaannya dengan Injil-Injil yang lain.
Sekali lagi, adalah salah untuk menilai suatu kitab suci dunia ini hanya dengan mengutip satu baris dari sana sini. Kita harus melihat pada ide-ide pokok dari seluruh kitab-kitab suci dan tidak arti kata dari tiap baris tertentu.
Sama halnya, Kristen dan Islam datang dari agama Yahudi. Adalah dari agama Yahudi baik Kristen maupun Islam mewarisi banyak prinsip-prinsip moral, dan praktek-praktek agama. Tanpa mempelajari agama Yahudi, adalah sangat sulit bagi orang untuk mempunyai gambaran yang jelas mengenai Kristen maupun Islam. Sesungguhnya, aku hendak menyimpulkan bahwa agama Hindu dan agama Yahudi adalah dua ibu dari seluruh agama-agama dunia.
Karena ada banyak aspek dari agama Hindu, sulit sekali untuk mengatakan bahwa satu aspek lebih baik dari aspek yang lain. Namun, aku rasa bersikap benar terhadap diri sendiri adalah aspek yang paling penting dari Agama Hindu.
Agak mudah untuk menjadi orang tak percaya. Katakan saja, “Aku tak ingin mendengar itu; aku tak percaya apapun yang kamu katakan,” tutup pikiranmu terhadap kebenaran, dan seperti burung unta menyembunyikan kepalanya dalam timbunan pasir. Untuk menjadi orang percaya sejati orang harus berpikir dan mengkaji semua wilayah pemikiran. Batara Krishna berkata “Bagi mereka yang ragu-ragu tidak ada kebahagiaan baik di dunia ini maupun di dunia sana. Keragu-raguan datang dari kebodohan dan harus dihancurkan dengan pedang ilmu pengetahuan.” (Bagawad Gita 4:40,42).
Sejauh pemahamanku, mempelajari agama Hindu seperti melihat melalui sebuah kaleidoskop raksasa. Setiap kali kamu menggoyang satu kaleidoskop, kamu melihat satu gambar yang berbeda. Sama halnya, setiap kali kamu mempelajari agama Hindu kamu akan bertemu dengan satu pemikiran yang berbeda.
Jadi dalam agama Hindu kamu dapat berdebat mengenai subyek apapun dan kamu tidak harus menerima apapun sampai kamu sepenuhnya yakin akan kebenaran di baliknya. Sekali lagi, agama Hindu tidak memonopoli ide-ide. Ide-ide adalah hukum tak tertulis dari alam semesta; mereka terbuka kepada semua orang yang mencari kebenaran tanpa kenal lelah.
Agama Hindu mengakui kenyataan bahwa rakyat berada pada level yang berbeda. Hal-hal tidak berlaku kepada semua orang dalam cara yang sama. Ibuku bisa ‘trance’ hanya karena melihat gambar Batara Krishna. Tapi untuk kamu dan aku, itu tidak terbayangkan. Aku dapat menghargai syair-syair Sansekerta dalam Mahabarata, tapi bagimu mungkin itu sulit. Inilah alasannya mengapa agama Hindu, yang berisi ratusan ide-ide, akan menarik bagi semua orang.
Semua datang dari satu Itu yang tidak dapat didefinisikan. Disebut Brahman (monisme). Buddhist tidak percaya pada Brahman. Mereka mengatakan hal-hal seperti itu tidak dapat didefinisikan secara tepat.
Segala sesuatu datang dari Itu, maka semua keberadaan (eksistensi) adalah baik dan suci (pantheism)
Hanya ada satu Tuhan (montheism)
Semua dari kita adalah Dewa-Dewa. Ini tentu saja seperti mengatakan bahwa bila kamu menganalisis satu titik air laut, maka kamu mengetahui segala sesuatu mengenai seluruh laut itu, atau bahwa bila kamu mengetahui sifat-sifat dari listrik yang ada dalam bohlam, maka kamu mengetahui segala sesuatu mengenai listrik.
Mencari Tuhan adalah seperti sesendok garam mencari dasar samudra.Pada saat garam itu menyentuh permukaan samudra, ia menjadi bagian tak terpisahkan dari samudra itu. Demikianlah halnya, seorang bhakta yang mencari Tuhan menjadi bagian dari Itu.
Teori mengenai alam semesta yang senantiasa bertambah luas (the expanding theory of the universe) mengatakan bahwa setiap titik dalam alam semesta yang senantiasa memperluas adalah pusat dari alam semesta, dan, menurut agama Hindu, setiap mahluk dalam alam semesta adalah focal point (titik pusat) dari mana alam semesta itu muncul.
Agama Hindu juga menyatakan bahwa setiap individu adalah satu Sukshma-Jagat, atau “dunia kecil” (microcosmos). Ia berasal dari keyakinan bahwa apapun yang ada dalam alam semesta juga ada dalam tubuh manusia. Manusia adalah bagian utuh dari alam semesta dan tubuh manusia dibuat dengan bahan yang sama dan sebagai demikian para orang suci Hindu mengatakan bahwa semua jawaban ada di dalam. Bila kita dapat memehami kekuatan-kekuatan yang ada di dalam, maka kita akan akan dapat memahami semua kekuatan-kekuatan dalam alam. Dalam Jahudi Kabbalah, manusia dipandang sebagai mahluk microkosmos, gambaran mini dari alam semesta. Kabbalah memiliki keyakinan yang mirip dengan agama Hindu bahwa tindakan-tindakan manusia mempengaruhi alam semesta, dan alam semesta pada gilirannya mempengaruhi kesejahteraan manusia.
Sesuai dengan prinsip ini, energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Orang-orang Hindu menggunakan kata manifestasi ketika bicara mengenai penciptaan. Penciptaan dimanifestasikan dari Prakriti, atau Alam, dan kemudian dia kembali ke tempat dari mana ia berasal. Saya sungguh-sungguh mengharapkan kamu sekarang mengerti dengan benar pandangan agama Hindu mengenai penciptaan.
Semua materi, termasuk kamu dan aku, memiliki gerakan ritmik di dalamnya, dan permintaan kita seharusnya untuk menciptakan satu ritme harmoni yang wajar dalam diri kita sendiri. Mantra Yoga , Pranayama dan latihan-latihan lain membantu seorang manusia untuk membuat vibrasi ritmik. Menurut Mantra Yoga, semua mahluk hidup dalam semua keadaan eksistensinya memiliki bentuk tubuh yang sepenuhnya diselaraskan dengan prekuensi-prekuensi tertentu dari vibarasi itu. Mantra, satu sistem silabel (suku kata) yang dibuat dengan prekuensi-prekuensi khusus dari vibrasi, dipergunakan untuk merobah prekuensi vibrasional seseorang kepada keadaan yang lebih baik.
Kamu merasa bahagia duduk dekat samudra karena vibarasi-vibrasimu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan prekuensi dari gelombang samudra. Begitu juga dalam aspek bhakti dari semua agama dimana para bhakta memanggil Krishna, Rama, Jesus atau Jehovah, penyempurnaan akhir adalah ritme – satu pengertian tentang ritme dari alam semesta. Menurut teori alam semesta yang senantiasa berkembang (expanding theory of the universe) seperti juga teori alam semesta yang mengkerut, alam semesta itu sendiri adalah ritmik – kurang lebih bertindak sebagai satu jantung yang berdetak. Agama Hindu menyebut ritme agung dari alam semesta dengan nama ‘spandhanam’. Bumi dan alam semesta berada dalam satu tarian kosmik abadi, menurut Fitjof Capra dan bukunya yang amat terkenal, ‘The Tao of Physics’
Rasa “aku” atau “ego” membuat hidup kita menderita. Bila kukatakan padamu ada seribu rumah dihancurkan oleh bom di sebuah desa terpencil di Timur Tengah, maka kamu akan menggelengkan kepala seolah-olah tidak terjadi apapun. Tapi kalau kuberitahu kamu bahwa ada api kecil di salah satu rumah di jalan tempat tinggalmu, kamu segera menjadi panik. Tapi pada waktu yang sama, bila kamu meningkatkan rasa memilikimu dari yang terbatas menjadi yang tak terbatas, kamu akan merasa bebas. Ketika kamu berpikir mengenai anakmu kamu khawatir mengenai kesejahteraannya, tapi bila kamu berpikir mengenai semua anak-anak di dunia kamu tidak khawatir lagi dan sesungguhnya kamu menjadi amat bahagia. Dikatakan bahwa orang yang mengejawantahkan Tuhan melihat “aku” sebagai alam semesta dan alam semesta sebagai “aku.” Jadi ketika ego yang terbatas menjadi ego universal, kita mencapai kebahagiaan abadi.
Tentu saja, untuk merobah ego terbatas menjadi ego universal bukanlah perkerjaan mudah, tapi dengan praktek terus menerus mengenai metode berbeda untuk mencapai Tuhan kita dapat menyelesaikan tugas mahabesar (Herculean task) yang menghadapi kita semua. Menurut Ramana Maharshi, “menemukan aku yang sesungguhnya” adalah tujuan utama dari hidup manusia, dan ajarannya didasarkan atas penghapusan ego.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar